Breaking News

Jumat, 02 November 2018

Review Jurnal 'Pemanfaatan Social Media oleh Praktisi Public Relations di Yogyakarta'



Perkembangan teknologi sekarang ini sangat berkembang dengan pesat. Kecanggihan teknologi sekarang ini membuat kita mudah dalam melakukan segala hal seperti dalam hal pekerjaan, belajar, mencari informasi, berhubungan dengan orang lain pun sekarang dengan kecanggihan teknologi kita sudah bisa menghubungi dengan cara seperti vidiocall dan chatting dengan keluarga yang jauh, kerabat dan lain-lain.

Nah, di blog kali ini saya akan mereview jurnal dari salah satu Alumnus Pascasarjana Ilmu Komuniukasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan social media serta mengetahui bagaiamana pengelolaan serta kendala dan manfaat pada social media yang dilakukan oleh Praktisi PR di Yogyakarta. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Praktisi Public Relations di Yogyakarta memanfaatkan kehadiran social media dalam melaksanakan fungsi komunikasi. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan praktisi menggunakan media sosial untuk kegiatan branding perusahaan dan penyebaran informasi mengenai promo perusahaan.

Identitas jurnal

Judul    
  :  Pemanfaatan Social Media oleh  Praktisi Public Relations di Yogyakarta.
Penulis                       
:  Hanindyalaila Pienrasmi
Jurnal     
:   Jurnal Komunikasi
Volume, nomor & Tahun         
:   9, 2, dan April 2015
Reviewer
: Nanda Rayhanah Nst

A.      Latar Belakang

Kemajuan teknologi terus berkembang dan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman, salah satunya adalah internet. Menurut Rob Franklin et al (2009:114) kehadiran internet membawa dampak  tersendiri bagi bisnis maupun insitusi media termasuk pula bagi dunia publik relations. Selain itu pada dunia bisnis dan publik relations juga membawa dampak tersendiri sebagai saluran komunikasi baru dalam berhubungan dengan para publiknya. Praktisi publik relations memiliki saluran langsung dalam berkomunikasi dengan publiknya tanpa harus termediasi melalui awak jurnalis bahkan lebih dari itu internet juga mampu merubah hubungan komunikasi antara keduanya.

Perkembangan internet terus terjadi hingga akhirnya melahirkan suatu teknologi baru yakni  Web 2.0 yang memeperkenalkan dunia pada web sosial dan merupakan sebuah medium yang digunakan seseorang dalam berkomunikasi dengan komunitas online yang mereka kehendaki. Salah satu benuk aplikasi dari teknologi web 2.0 adalah sosial media. Liu, Arnett, Capella, & Beatty (McLennan & Howell, 2010:2011) menyarankan bahwa jejaring media sosial dapat digunakan oleh organisasi dalam membangun hubungan dengan publiknya dan memberikan berbagai macam informasi dan layanan yang berhubungan dengan organisasi kepada berbagai publik yang baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan organisasi.

Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia menurut hasil survey Asosoasiasi Penyelanggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) hinga pada triwulan pertama di 2013 ini telah mencapai lebih dari 63 juta orang atau sekitar melebihi dari 24, 32% dari jumlah penduduk Indonesia dan bahkan diprediksi hinga akhir tahun mencapai 80 juta penduduk. Menurut data ini Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-3 negara pengakses internet dikawasan asia.
  
B.       Kerangka pemikiran

Merujuk pada apa yang dikatakan oleh Grunig & Hunt dalam Grunig (1992:4), mendefinisikan publik relations sebagai berikut “Management of communications between and organization and its public”. Berdasarkan definisi ini di Grunig mencoba menggambarkan dua fungsi komunikasi yang berkaitan erat pada bidang publik relations. Fungsi Pertama adalah manajemen komunikasi, dalam hal ini dimaknai tidak hanya mengenai teknik atau strategi bagaimana berkomunikasi atau kegiatan yang hanya meliputi program-program seperti media relation dan publisitas. Fungsi Kedua adalah mengenai komunikasi organisasi. Grunig mendefinisikannya sebagai sistem komunikasi yang dikelola oleh organisasi, khususnya komunikasi antar setiap unit dalam organisasi, yang sengaja dirancang oleh para ahli komunikasi. Seperti halnya bagaiaman pimpinan puncak, para manager dan pegawai biasa saling berkomunikasi satu sama lainnya dalam sebuah organiasai.

Menurut Grunig (2009:13), media baru juga dapat digunakan oleh PR untuk kepentingan-kepentingan berikut, seperti: media digital dapat digunakan untuk melakukan program-program komunikasi. Program ini antara lain: program komunikasi berhubungan dengan media, dengan pelanggan, dengan rekan kerja, dengan komunitas, dengan anggota organisasi non profit, hubungan dengan para donor, hubungan dengan alumni, berhubungan dengan pemerintah.  Media baru dapat digunakan untuk melakukan scanning lingkungan,  digunakan untuk segementasi stakeholder dan publik, mengantisipasi isu dan krisis.

Media seperti website dan blog dapat digunakan untuk program penanganan pada komunikasi isu dan krisis.

C.      Metodologi penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian deskrptif yang bersifat kualitatif yaitu peneliti ini berusaha menggali lebih dalam dan merupakan metode yang didalam penelitiannya tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi tetapi menggambarkan pengamatan secara langsung dan melukiskan gejala berdasarkan fakta-fakta yang ada dan bagaimana adanya. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain.

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemiliihan DIY sebagai lokasi penelitian karna merupakan salah satu provinsi di indonesia sudah mulai memanfaatkan kehadiran new media dalam menunjang kemajuan kehidupan masyarakatnya. Pada penelitian ini menggunakan teknik penarikan purposive sampling, atau disebut juga judgmental sampling yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel, terutama yang diangap ahli. Sampel penelitian ini adalah para praktis PR yang bekerja diwilayah DIY dan tergabung dalam persatuan kapurel (keluarga Publik Relations Yogyakarta). Sebagai usaha pengayaan awal peneliti telah membagikan kusioner pengantar untuk memetakan praktisi yang sudah menngunakan media sosial dalam praktik kerjanya. Dari hasil pemetaan tersebut maka praktisi menghubungi praktisi yang bersangkutan menanyakan kesediannya untuk melakukan wawanncara yang lebih mendalam. Dari proses tersebut peneliti mendapatkan  sepuluh narasumber, dengan rincian 1 narasumber dari perusahaan klinik kecantikan, 1 praktisis dari insitusi media, 3 praktisi dari usaha Rumah makanan, dan 5 Praktisi dari usaha perhotelan.
  
D.      Hasil penelitian dan Analisis

1.        Arti penting media sosial bagi praktisi

Praktisi mengatakan bahwa media sosial adalah media yang baru dan tantangan tersendiri bagi dirinya karena memiliki karakteristik yang berbeda dari media tradisional. Praktisi menyakini bahwa kehadiran media sosial membawa kemudahan bagi praktisi dalam melakukan aktivitas komunikasi dengan publiknya, memberikan ruang yang lebih untuk terjadinya interaksi yang mengakibatkan adanya umpan balik. Kendala yang dialami praktisi PR dalam mengelola media sosial, secara umum :
  • Kurangnya dukungan dari pihak pimpinan perusahaan terhadap pemanfaatan media sosial .
  • Praktisi juga terkendala oleh pihak manajemen perusaahan yang belum terbuka pada kemajuan perkembagan teknologi sehingga mereka memutuskan untuk tetap melakukan kegiatan penyebaran informasi dengan cara konvensional.
  • Merasa enggan dan ragu serta memiliki kekhawatiran akan dampak tak terduga yang mungkin terjadi dan membahayakan posisi perusahaan karena kehadiran media sosial.
  • Media sosial merupakan hal yang baru maka pihak manajemen masih dalam proses tahap belajar mengenal dan beradaptasi sehingga masih dibutuhkan untuk terus bergelut dalam memahaminya dan membiasakan diri dalam mengelolanya.
  • Pemahaman para pemimpin perusahaan mengenai media sosial yang masih awam juga tak jarang memberikan kendala proses pengembangan, pemanfaatan media sosial, seperti terbatasnya ruang gerak bagi praktisi untuk memberikan inovasi yang dapat mengoptimalakan fungsi media sosial.
  • Perusahaan menggunakan lebih dari satu aplikasi media sosial dan menyerahkan tugas pengelolaan tidak di kelola oleh satu divisi yang sama, sama hal ini membawa dampak yang kurang baik bgi perusahaan karena dapat menimbulkan kebingungan pada publik mendapatkan informasi yang berbeda dari perusahaan.
2.        Pemanfaatan media sosial pada praktisi

a.        Memperrtahankan identitas organisasi/ Branding

Praktisi dapat memberikan berbagai informasi mengenai identitas perusahaan kepada khalayak dengan tujuan untuk meningkatkan brand awarness pada publik.

b.        Mengontrol perkembangan isu dan krisis

Praktisis menyatakan bahwa dengan kehadiran media sosial mereka dapat melakukan monitoring mengenai perkembangan isu serta trend yang terjadi di masyarakat.

c.         Pelaksanaan CSR

Praktisis menyatakan bahwa sejauh ini media sosial juga digunakan untuk menginformasikan kegiatan-kegiatan CSR dan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusaahnya. Perusaaan juga dapat memantau serta memancing respon publik di berbagai kegiatan sosial. Praktisi juga memanfaatkan media sosial sebagai salah satu media dalam melakukan aksi kampanye sosial dan mempersuasi publik untuk ikut berapartisispasi melaukan hal yang sama.

d.        Berhubungan dengan Publik

Pada wawancara dengan praktisi mereka menyakini olehnya bahwa media sosial dapat memfasilitasi terbangunnya hubungan dengan publik yang lebih baik dengan cara-cara yang baik dan benar. Media sosial dapat membantu perusahaan dalam berhubungan dengan konsumennya dengan lebih baik, seperti semakin cepat dalam merespon keluhan dan kritik dari konsumen.

E.       Kesimpulan

Keseluruhan praktisi dalam penelitian ini menyambut baik dan antusias dengan kehadiran media sosial. Mereka juga meyakini bahwa media sosial merupakan cara baru dalam penyebaran informasi dan berhubungan dengan publiknya. Media sosial dapat menyampaikan informasi lebih cepat serta menjangkau khalayak lebih luas dengan biaya yang lebih murah. Praktisi juga mengakui bahwa respon publik dari kegiatan penyebaran informasi melalui media sosial lebih 'banyak didapatkan dan dapat direspon seketika oleh pihak perasahaan. Media sosial memberikan kemudahan akses bagi perusahaan maupun publik dalam berkomunikasi secara langsung dan bersifat dua arah. Di lain pihak media sosial merupakan hal baru yang masih perlu banyak dipelajari oleh praktisi lebih dalam. Media sosial menjadi tantangan bagi praktisi dalam mengasah kemampuan mereka sebagai seorang profesional. Beberapa kendala juga dihadapi oleh para praktisi dalam mengelola media baru ini, salah satunya seperti pandangan pihak perusahaan yang masih tertutup menghadapi perkembangan teknologi baru. Disamping itu juga mengakibatkan bertambahnya beban kerja dan waktu kerja pada praktisi yang berdampak pada ketersediannya staf pendamping pengelola media sosial serta teijadinya ketidakselarasan konten informasi pada aplikasi media sosial yang digunakan oleh perusahaan. Namun menurut praktisi kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan terus berusaha untuk mengenal media sosial dan memberikan pengarahan pada pihak manajemen perusahaan mengenai media sosial. Praktisi juga melakukan strategi pemetaan dalam proses penciptaan dan penyebaran informasi untuk mengantisipasi kesalahan pada konten yang akan disebarluaskan.Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan praktisi menggunakan media sosial untuk kegiatan branding perusahaan dan penyebaran informasi mengenai promo perusahaan. Disamping itu sebagian besar di antara mereka juga memanfaatakan media sosial untuk membangun hubungan dengan publik dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya. Media sosial digunakan sebagai salah satu sarana penyampaian saran dan kritikan bagi publik kepada perusahaan. Beberapa diantara praktisi juga sudah mulai memanfaatkan media sosial dalam pemantauan perkembangan isu dan komunikasi krisis serta penyebaran informasi mengenai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan serta kampanye-kampanye sosial yang dilakukan perusahaan. Diharapkan untuk kedepannya para praktisi akan semakin dapat memanfaatakan media sosial lebih optimal dari sebelumnya dalam menunjang kegiatan perusahaan.

Penulis             : Nanda Rayhanah Nst
Editor              : Ahmad Siddik






Read more ...

Review Jurnal 'Peran Public Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility'



Kali ini saya akan mereview jurnal dari salah satu Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh peran public relations dalam membangun citra perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana peran public relations dalam membangun citra perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa langkah-langkah dalam PR mewaranai langkah-langkah dalam CSR. Dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat siklis maka program CSR pun diharapkan berjalan dengan baik.

Identitas jurnal

Judul    
: Peran Public Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility
Penulis                       
:    MD Rahadhini
Jurnal     
:    Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan
Volume, nomor & Tahun         
:    10, 1, dan April 2010

A.      Latar Belakang

Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama setelah reformasi seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi pemilik dan manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya di sekitar lokasi perusahaan. Sebab kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi juga tanggung jawab sosial perusahaan. Apa yang terjadi ketika banyak perusahaan didemo, dihujat, bahkan dirusak oleh masyarakat sekitar lokasi perusahaan? Salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan tanggung jawab manajemen dan pemilik perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan di sekitar lokasi perusahaan. Investor hanya mencari untung dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di daerah tersebut tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, nyaris sedikit atau bahkan tidak ada keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat. Justru yang banyak terjadi, masyarakat malah termarginalkan di daerah sendiri.

B.       Kerangka pemikiran

Public Relations adalah suatu bentuk komunikasi yang terencana, baik ke   dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian (Jefkins, 2003). PR menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives). Sedangkan British Institute Public Relations mendefinisikan PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian antara organisasi dengan publiknya.

Citra didefinisikan sebagai: (1) kata benda: gambar, rupa, gambaran, (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk, (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi, (4) data atau informasi dari potret udara untuk bahan evaluasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Definisi CSR menurut World Business Council on Suistainable Developmentadalah komitmen dari perusahaan/bisnis untuk berperilaku etis dan berkontribusiterhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seiring dengan peningkatankualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.Definisi lain, CSR adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diriterhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, selain ekonomi (Warta Pertamina, 2004). Sedangkan Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untukberperan mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dankeluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutuhidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan. Dalam Komisi Masyarakat Eropa (2001) Dinyatakan bahwa kebanyakan definisi tanggung jawab sosial korporat menunjukkan sebuah konsep tentangpengintegrasian kepedulian masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasibisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakeholdernya. Sehingga ada dua hal yang terkait dengan tanggung jawab sosial korporat yaitupertimbangan sosial dan lingkungan hidup serta interaksi sukarela (Irianta, 2004).

C.      Metodologi penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian deskrptif yang bersifat kualitatif yaitu peneliti ini berusaha menggali lebih dalam dan merupakan metode yang didalam penelitiannya tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi tetapi menggambarkan pengamatan secara langsung dan melukiskan gejala berdasarkan fakta-fakta yang ada dan bagaimana adanya. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain.  
  
D.      Hasil penelitian dan Analisis

1.        Peran PR dalam Implementasi CSR

Idris (2005) mengemukakan substansi CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri di sebuah kawasan dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. Atau dalam pengertian kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait dengannya, baik lokal, nasional maupun global. Karenanya pengembangan CSR ke depan sebaiknya mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).

Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian dalam proses  pengembangannya tiga stakeholders inti diharapkan mendukung penuh, di antaranya adalah perusahaan, pemerintah dan masyarakat.

Dalam implementasi program CSR diharapkan ketiga elemen di atas saling berinteraksi dan mendukung, karenanya dibutuhkan partisipasi aktif masing-masing stakeholders agar dapat bersinergi untuk mewujudkan dialog secara komprehensif. Karena dengan partisipasi aktif para stakeholders diharapkan pengambilan keputusan, menjalankan keputusan dan pertanggungjawaban dari implementasi CSR akan diemban secara bersama. Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi trend global dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Menghadapi trend global dan resistensi masyarakat sekitar perusahaan, maka sudah saatnya setiap perusahaan memandang serius pengaruh dimensi sosial, otonomi dan lingkungan dari setiap aktivitas bisnisnya, serta berusaha membuat laporan setiap tahunnya kepada stakeholders nya. Laporan bersifat non finansial yang dapat digunakan sebagai acuan oleh perusahaan dalam melihat dimensi sosial, ekonomi dan lingkungannya.

Diharapkan CSR ini, tidak hanya bergulir di lingkup manajemen perusahaan tetapi juga kepada semua shareholders dan stakeholders agar implementasinya berlangsung secara elegan, dengan harapan perusahaan, pemerintah dan masyarakat sebagai komponen shareholders dan stakeholders bisa mengambil peran yang signifikan untuk mengeliminir resistensi kelompok-kelompok yang senantiasa mengatasnamakan masyarakat untuk melakukan “pemerasan” kepada perusahaan dengan mengusung tema-tema CSR dalam setiap aksinya, tetapi tidak mengerti substansi CSR.

Dalam implementasi CSR ini PR mempunyai peran penting baik secara internal maupun eksternal. Dalam konteks pembentukan citra perusahaan, di semua bidang pembahasan di atas boleh dikatakan PR terlibat di dalamnya, sejak fact finding, planning, communicating, hingga evaluation. Jadi membicarakan CSR berarti juga membicarakan PR sebuah perusahaan, di mana CSR merupakan bagian dari Community Relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR, maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah CSR.

Irianta (2004) memandang community relations berdasarkan dua pendekatan.  Pertama, dalam konsep PR lama yang memposisikan organisasi sebagai pemberi donasi, maka program community relations hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses PR. Bila berdasarkan pengumpulan fakta dan perumusan masalah ditemukan bahwa permasalahan yang mendesak adalah menangani komunitas, maka dalam perencanaan akan disusun program community relations. Kedua, yang memposisikan komunitas sebagai mitra, dan konsep komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang yang berdiam di sekitar wilayah operasi organisasi, community relations dianggap sebagai program tersendiri yang merupakan wujud tanggung jawab sosial organisasi.

Dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat siklis, maka program dan kegiatan CSR dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut: 

1)        Pengumpulan Fakta

Banyak masalah yang dihadapi masyarakat seperti polusi, sanitasi lingkungan, pencemaran sumber daya air, penggundulan hutan sampai dengan masalah ekonomi seperti tingkat pengangguran yang tinggi, sumber daya manusia yang tidak terampil, rendahnya kemauan berwirausaha dan tingkat produktivitas individu yang rendah. PR bisa mengumpulkan data tentang masalah tersebut dari berbagai sumber, misal dari berita media massa, data statistik, obrolan warga, atau keluhan langsung dari masyarakat.

2)        Perumusan Masalah

Masalah secara sederhana bisa dirumuskan sebagai kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang dialami, yang untuk menyelesaikannya diperlukan kemampuan menggunakan pikiran dan keterampilan secara tepat. Misalnya, dari pengumpulan fakta diketahui salah satu masalah yang mendesak adalah rendahnya keterampilan para pemuda sehingga tidak bisa bersaing di pasar kerja atau tidak bisa diandalkan untuk membuka lapangan kerja bagi dirinya. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan rendahnya keterampilan kerja pemuda lulusan sekolah menengah.

3)        Perencanaan dan Pemograman

Perencanaan merupakan sebuah prakiraan yang didasarkan pada fakta dan informasi tentang sesuatu yang akan terwujud atau terjadi nanti. Untuk mewujudkan apa yang diperkirakan itu dibuatlah suatu program. Setiap program biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Kegiatan sebagai bagian dari program merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk mewujudkan program guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

4)        Aksi dan Komunikasi

Dalam program CSR selalu ada aspek bagaimana menyusun pesan yang ingin disampaikan kepada komunitas, serta melalui media apa dan cara bagaimana. Sedangkan aksi dalam implementasi program yang sudah direncanakan, pada dasarnya sama saja dengan implementasi program apa pun.

5)        Evaluasi

Evaluasi merupakan keharusan pada setiap akhir program atau kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi program. Berdasarkan hasil evaluasi bisa diketahui apakah program bisa dilanjutkan, dihentikan atau dilanjutkan dengan melakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan. Namun dalam konteks community relations, evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap penyelenggaraan program atau kegiatan saja. Melainkan juga evaluasi bagaimana tentang sikap komunitas terhadap organisasi. Evaluasi atas sikap publik ini diperlukan karena community relations ini meskipun merupakan wujud tanggung jawab sosial organisasi, tetapi merupakan kegiatan PR.

E.       Kesimpulan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Namun kenyataannya, CSR tidak serta merta dipraktikkan oleh semua perusahaan. Ada juga yang berhasil memberikan materi riil kepada masyarakat, namun di ruang publik nama perusahaan gagal menarik simpati orang. Hal ini terjadi karena CSR dilakukan secara latah dan tidak didukung konsep yang baik. Sebenarnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri di sebuah kawasan, dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. Ketika diungkapkan CSR berarti membicarakan juga PR sebuah organisasi, di mana CSR merupakan bagian dari community relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR maka langkah-langkah dalam PR pun mewarnai langkah-langkah CSR. Dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat siklis, maka program dan kegiatan CSR juga dilakukan melalui pengumpulan fakta, perumusan masalah,perencanaan dan pemrograman, aksi dan komunikasi, serta evaluasi untuk mengetahui sikap publik terhadap organisasi.

Untuk ke depan disarankan agar pengembangan program CSR mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development). Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian dalam proses pengembangannya tiga stakeholders inti diharapkan mendukung penuh, di antaranya adalah perusahaan, pemerintah dan masyarakat.


Penulis            : Ahmad Siddik
Editor              : Ahmad Siddik



Read more ...

Review Jurnal 'Perkembangan Teknologi Komunikasi Dalam Menunjang Fungsi Periklanan dan Public Relation'




Masyarakat telah dibanjiri iklan berbagai jenis produk yang dalam perkembangan selanjutnya menimbulkan masalah bagi para konsumen, yaitu ketika produk yang diiklankan dirasakan hanya bersifat komunikasi sepihak. Konsumen sering menemukan produk yang diiklankan belum pasti menjadi pilihan yang tepat sehingga pada masa sekarang dunia periklanan tidak terlalu menjadi sebuah pilihan dalam memasarkan sebuah produk kepada konsumen. Pengenalan merek melalui iklan menjadi hal yang utama karena suatu produk akan langsung dapat menjadi dikenal dan akan menjadi baik di mata para konsumen apabila konsumen belum pernah mendengar tentang produk tersebut. Dalam hal ini peran public relation sebagai komunikator sangat penting, begitu pula keterlibatan teknologi komunikasi sebagai media yang akan ditawarkan. Artikel menggambarkan kolaborasi iklan, public relation, dan teknologi baru dalam empat bagian, yaitu perkembangan zaman pertanian menuju zaman konseptual dan relasi terhadap dunia periklanan serta public relation, membangun jaringan periklanan dan public relation menggunakan teknologi baru, perbedaan periklanan dan public relation, dan etika teknologi komunikasi pendukung perilkanan dan public relation.


Identitas jurnal

Judul

  :  Perkembangan Teknologi Komunikasi Dalam Menunjang Fungsi Periklanan dan Public Relation

Penulis
Nurul Candrasari Masykuri
Jurnal
:   Jurnal Humaniora
Volume, nomor & Tahun
:   1, 1, dan April 2010

A.      Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi dalam menunjang fungsi periklanan dan public relation adalah sebuah seni untuk menggabungkan ketiga hal tersebut dalam mencapai target penjualan sebuah merek. Dalam hal ini tentu saja harus dipahami tentang nilai lebih dan nilai kurang dari masing masing fungsi, yaitu fungsi teknologi komunikasi dalam menunjang fungsi periklanan dan fungsi relationship. Ketiga fungsi memiliki nilai yang dikemas menjadi sesuatu yang indah dan akan ditawarkan kepada para pelanggan dan konsumen.

Seni adalah sebuah kata yang amat berperan dalam mencapai target market karena ketika bicara tentang menawarkan sesuatu, maka berarti menawarkan jasa atau barang untuk kepentingan manusia. Dengan demikian, seni pendekatan tehadap manusia menjadi sangatlah penting. Dalam analisis penjualan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya mengacu dari tulisan ‘Sun Tzu’s’ strategy of winning sales, sebagai, “ Your purpose ins’t just to get orders; It is to win and keep customers. It is to win sales quickly and effortlessly. You want to win in way that leaves you ready for the next sale, not so burnt out that you need a vacation.“

Satu hal terpenting dalam dunia bisnis adalah pandai melihat peluang dan mengatasi saingan yang selalu akan dipastikan ada. Kesiapan dalam sebuah rencana adalah sebuah hal yang sangat baik. Akhirnya, segala sesuatu harus dibuat sebuah rencana dengan rinci dan jelas serta memahami nilai lebih dan nilai kurang dari setiap fungsi yang akan bekerja sama, yaitu fungsi teknologi komunikasi, fungsi periklanan, dan fungsi public relation.

B.       Kerangka pemikiran

Peran marketing dalam memperkenalkan sebuah produk kepada konsumen membutuhkan cara pendekatan agar produk menjadi pilihan dan dipakai para konsumen.

Don Peppers dan Martha Rogers memperkenalkan konsep one-to-one marketing. Menurut kedua pakar pemasaran ini, teknologi informasi telah memungkinkan terwujudnya tiga kapabilitas yang sangat penting bagi para pemasar, yaitu kemampuan pengelolaan database pelanggan, interactivity, dan mass customization.

Dunia one-to-one adalah sebuah tampilan yang berbeda dengan dunia mass marketing. Di dunia one-to–one, apa yang sering disebut mass communication, broadcasting, dan one-way communication menjadi tidak relevan. Kemudian akhirnya lebih ke segmented atau biasa disebut one-to-one communication sehingga dunia periklanan yang memiliki kecenderungan sifat one-way menjadi tidak populis.

Sebuah ilustrasi bagaimana dunia public relation menjadi lebih menjanjikan adalah sebagai berikut. Sebuah produk kecantikan yang paling mahal saat ini di antaranya adalah produk Kanebo atau Clinique. Harga bedaknya saja bisa sampai ratusan ribu rupiah, bahkan ada yang sampai jutaan untuk produk Kanebo yang asli dari Jepang, namun konsumen produk bagi kelas atas ini tetap setia. Walaupun pihak Kanebo atau Clinique tak pernah mengiklankan besar-besaran, ternyata tetap berjaya. Contoh lain dengan sebuah produk kelas menengah ke bawah adalan bedak Mars keluaran Kimia Farma. Dari zaman dahulu sampai sekarang bedak Mars masih tetap bertahan dan digunakan konsumen secara turun temurun.

Kenyataannya, tanpa ada penjualan produk Kanebo, Clinique, dan bedak Mars tetap memiliki pangsa pasar yang meningkat sehingga timbul sebuah pertanyaan “Mengapa bisa demikian?”, “Apakah ini karena iklan?”, dan jawabannya adalah tidak. Pada kenyataannya, sebuah merek yang dikenali konsumen lebih dikarenakan komunikasi yang memiliki sifat peer-to-peer dan bukan top-down: pointcasting bukan juga broadcasting, dan bukan two-way dan juga bukan one-way. Pada akhirnya, dunia pemasaran telah mengalami pergeseran sejak lahirnya sebuah era teknologi informasi seperti internet.

Selanjutnya, dalam tiga puluh tahun yang lalu serangkaian artikel dengan topik Advertising Age dengan judul “The positioning Era Cometh” menjelaskan pergeseran pemasaran yang berorientasi pada periklanan ke pemasaran yang berorientasi kepada public relation (PR). Di sini, public relation memiliki kredibilitas dalam membangun persepsi positf, sedangkan budaya periklanan yang hanya terjalin one-way telah bergeser ke sebuah evolusi alami dalam cara memasarkan sebuah produk.

C.      Metodologi penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian deskrptif yang bersifat kualitatif yaitu peneliti ini berusaha menggali lebih dalam dan merupakan metode yang didalam penelitiannya tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi tetapi menggambarkan pengamatan secara langsung dan melukiskan gejala berdasarkan fakta-fakta yang ada dan bagaimana adanya. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain.

D.      Hasil penelitian dan Analisis

1.        Perbedaan Periklanan dan Public Relation

Membicarakan perbedaan antara periklanan dan public relation mengingatkan akan sebuah dongeng klasik tentang “Matahari dan Angin”. Mereka berdebat untuk membuktikan siapa di antara mereka yang lebih hebat. Ketika seorang pengembara sedang berjalan, matahari dan angin memutuskan untuk bertanding dengan cara mencoba mengusahakan si pengembara agar segera membuka jaketnya. Segera angin beraksi menyerang dengan menghembuskan angin sekencang-kencangnya, namun ternyata dengan hembusan semakin kencang sang pengembara dengan sekuat tenaga semakin menahan jaket sebagai pelindung dari serangan angin kencang. Kemudian, sang matahari ke luar dan sinar pun menyelimuti sang pengembara, tak lama kemudian dia segera membuka jaketnya, dan mathari menjadi pemenang.

Ilustrasi di atas secara sederhana memandang periklanan sebagai angin yang memaksakan. Semakin kuat sebuah iklan, akan semakin kuat pula prospek hendak melawan periklanan tersebut. Dunia periklanan selalu akan memberikan masalah bagaimana cara menampilkan sebuah kesan dan dampak. Periklanan akan menampilkan sisipan khusus foldouts, dan iklan berwarna dengan warna-warni yang memenuhi halaman. Terkadang membuat pesan yang tampak berlebihan dan hampir tak masuk akal seperti baligho yang super raksasa di setiap hampir sudut jalan, dan jump cut dalam iklan televisi dengan menambah jam tayang iklan dalam spot-spot di radio, namun dengan iklan tersebut seakan membuat konsumen semakin mengabaikannya.

Selain hal tersebut, periklanan yang memiliki sifat visual seringkali dalam memakai moto yang dipakai sebagai pemuja Konfusius, yaitu ”sebuah gambar memiliki nilai seribu kata”. Akibat dari kepercayaan tersebut, sering dijumpai bahwa tampilan dari sebuah iklan yang hanya berbentuk visual, namun pada kenyataannya tak selalu dapat menggapai konsumen.

Sedangkan esensi mendasar dari public relation adalah kebalikan dari periklanan. Pada hakikatnya, public relation lebih memverbalkan sebuah produk dengan cara personal approach dan dilakukan oleh public relation (PR). Tugas seorang public relation adalah sebagai penyampai pesan dan dapat langsung mensosialisasikan sebuah produk unggulan yang akan diperkenalkan. Disini terlihat bahwa kebanyakan produk dibeli karena berdasarkan rekomendasi personal approach seorang public relation, dan bukan karena didapat dari hasil iklan yang mendorong media agar menayangkan produk tersebut.

Pada dasarnya, antara jasa periklanan dan public relation digabung dengan menggunakan teknologi yang semakin canggih. Dengan demikian, periklanan yang pangsa pasarnya dapat menjangkau semua konsumen dapat saling mengisi dengan bantuan public relation yang bersifat menjangkau person to person. Selanjutnya, dalam masalah sebuah produk yang dengan merek dagang baru yang membutuhkan kepercayaan hanya dapat dilakukan oleh seorang public relation. Sebuah nama baru dari sebuah produk merupakan suatu liabilitas dalam program periklanan, namun hal ini adalah sebuah aset dalam public relation.

Hal yang tak kalah penting adalah masalah kreatifitas dalam dunia public relation. Kreatif memiliki arti ‘orisinil’, yang dalam public relation berarti ide kreatif yang dimasukkan dalam teknik public relation, khususnya untuk memperkuat ide yang sudah ada. Hal ini merupakan esensi mendasar dari konsep positioning. Hal penting lain adalah masalah “kepercayaan konsumen”. Pada dasarnya, konsumen jika tidak mengetahui sebuah produk atau kategori baru, mereka biasanya akan lebih percaya terhadap apa yang dibaca terkait produk yang akan dibeli, terlebih apabila informasi tersebut berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Itulah sebabnya pembangunan merek melalui seorang public relation memiliki peran sangat strategis dan besar.

Pada umumnya, dalam mensosialisasikan sebuah produk, perusahaan lebih memiliki kecenderungan membelanjakan uang terlalu berlebihan untuk periklanan dan terlalu sedikit untuk public relation. Dan yang terakhir, pada hakikatnya sebuah periklanan memiliki masa depan yang dapat menjadi gemilang andai ia dapat menerima peran sejatinya dalam siklus hidup sebuah merek dari sebuah produk, yang telah dibangun dengan teknik-teknik public relation dan saling mengisi, yaitu sebuah merek dari sebuah produk akan membutuhkan periklanan untuk mempertahankan posisinya.

Di sisi lain, public relation sangat memerlukan untuk dapat bergerak menaiki tangga untuk permerekan (branding) sehingga public relation memiliki tanggung jawab dalam peran dan fungsi sejatinya dalam proses meraih pangsa pasar dan membangun branding image dalam sebuah merek dari sebuah produk yang akan dipasarkan. Beberapa merek yang sudah beredar di pasaran selama puluhan tahun, namun mungkin sama sekali belum pernah mmasuki benak prospek. Untuk yang menyangkut pemasaran, mereka inilah yang mana merek-merek baru yang membutuhkan public relation dalam jumlah besar sebelum mereka dapat berpaling ke periklanan untuk mendapatkan dukungan public relation terlebih dahulu, baru setelah itu periklanan akan digunakan sebagai satu kesatuan langkah dari teknik marketing yang seutuhnya.

2.        Membangun Jaringan Periklanan dan Public Relation Menggunakan Teknologi Baru

Sebuah perubahan terjadi di bidang komunikasi. Beberapa pakar melihatnya sebagai ”Revolusi Komunikasi”, dan beberapa menamakan sebagai ”Zaman Baru Komunikasi”. Manusia sebagai makhluk sosial yang akan selalu mengadakan hubungan antara manusia dengan media komunikasi, dan memiliki tujuan membagi pengetahuan serta pengalamannya. Dalam perkembangan teknologi saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat seperti pada kenyataan keseharian di setiap kegiatan kehidupan tak terlepas dari keberadaan teknologi. Kehadiran teknologi telah memberikan implikasi, baik dari positif dan negatifnya yang cukup besar terhadap kehidupan.

Menurut Schramm (1988), perkembangan yang dinamakan revolusi komunikasi merupakan bagian dari serangkaian perubahan yang telah berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. Bila kembali pada definisi yang dikemukakan oleh Marshall Mcluhan, seorang guru besar dari Toronto University bahwa “The medium is the mass age”. Menurut Mcluhan, media adalah era massa, yang memiliki arti bahwa saat ini kita hidup di era yang unik dalam sejarah peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama pada era elektronik seperti saat ini media pada hakikatnya telah mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bahkan bertingkah laku. Saat ini terjadi revolusi masyarakat menjadi massa karena hadirnya media massa.

Mcluhan mendefinisikan sejarah kehidupan manusia ke dalam empat periode, yakni sebagai berikut. Pertama, The Tribal Age. Manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Komunikasi pada masa ini hanya berdasarkan narasi, dongeng, cerita, tuturan, dan sejenisnya. Kedua, The Age of Literacy: Sejak ditemukannya huruf dan alfabet, manusia berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tetapi lebih kepada tulisan. Ketiga, The Print Age. Semenjak ditemukannya mesin cetak menjadikan alfabet, semakin tersebar luas dan manusia berkreasi dalam mengembangkan cara berkomunikasi. Keempat, The Electronic Age. Ditandai dengan ditemukannya berbagai alat sebagai kemajuan teknologi komunikasi seperti telegrap, telepon, radio, film, televisi, VCR, mesin fax, komputer, dan internet. Manusia menjadi hidup di alam yang disebut “Global Village”, misalnya media massa yang dapat berhubungan dengan yang lain tanpa batas negara.

Oleh sebab itu, dapat ditarik sebuah benang penghubung, yaitu media massa menurut kajian dari Mc Luhann bahwa manusia dapat berhubungan dengan yang lainnya tanpa batas negara akan ditunjang dari pendapat Daniel.H. Pink dengan yang dikatakannya sebagai era pada abad 20 dan 21 adalah era “Informasi dan Konseptual”. Hal ini memiliki dampak dan implikasi, baik dampak yang bersifat positif dan negatif, ketika persoalan perkembangan Teknologi Komunikasi dikaitkan dan dihubungkan dengan masalah sistem bekerjanya Periklanan dan public relation. Dalam hal ini, dunia dengan teknologi baru tak terlepas dari teknologi baru saat ini yang digunakan. Selanjutnya, untuk lebih dapat digambarkan bagaimana sebenarnya sebuah media elektronik dengan menggunakan bantuan internet dapat memfasilitasi jalannya dunia periklanan dan dunia public relation.

Pada akhir 1990-an terjadi internet booming yang telah menciptakan masalah yang cukup besar bagi banyak perusahaan dot.com pemula karena setiap individu terjun ke net, maka sebuah situs dapat menghasilkan cukup publisitas yang akan berdampak dalam menghasilkan publisitas bagi perusahaan sehingga namanya akan terkenal dan diakui keberadaannya. Dalam hal menjembatani antara fungsi media internet dapat saling mengisi dunia periklanan dan dunia public relation. Dalam mencermati bagaimana teknologi komunikasi yang semakin canggih telah banyak membantu di dunia periklanan dan dunia public relation, sebenarnya dalam kenyataannya internet sebagai fasilitator dan mediator dalam proses memperkenalkan sebuah jenis produk yang akan dipasarkan, sering menjadi bersaing dengan dunia public relation, dengan cara menggunakan periklanan online secara besar-besaran untuk menjadi terkenal, tanpa terlebih dahulu menggunakan jasa public relation ketika hendak membangun sebuah produk dan identitas perusahaan.

Selanjutnya dalam The Concept the spread of science and technology communication dikemukakan sebuah hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan kontribusi besar di dalam dunia komunikasi, dunia periklanan, dan dunia public relation dengan sendirinya memiliki kaitan yang cukup signifikan. Dalam dunia periklanan dan public relation yang selalu hampir dipastikan memiliki hubungan yang erat dengan dunia komunikasi serta memiliki hubungan secara tak langsung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang agen periklanan dan agen public relation yang selalu bekerja untuk mengkomunikasikan setiap produk yang akan dipasarkan, sudah barang tentu sangat membutuhkan cara berkomunikasi dan mengirimkan komunikasi kepada para konsumen.

E.       Kesimpulan

Untuk membangun sebuah image dan branding, maka diperlukan sebuah konsep yang menggabungkan periklanan, public relation, dan teknologi karena masing-masing mempunyai kielebihan dan kekurangan. Pemahaman sifat dasar manusia sebagai target konsumen atau pelanggan diperlukan. Para pembuat pesan periklanan dan jasa public relation perlu memahami sifat kerja dari teknologi komunikasi agar sebuah pesan penawaran yang akan dilemparkan ke para konsumen menjadi tidak sia-sia.

Faktor kreativitas memegang peranan sangat penting, yaitu bagaimana seorang pembuat jasa iklan dan jasa public relation dapat bekerja sama dalam menggunakan teknologi komunikasi sebagai alat bantu penyampaian pesan kepada konsumen agar dapat menarik bagi mereka. Nilai lebih dari periklanan adalah harus cerdas, menarik, provokatif, menghibur, menghebohkan, dramatis, dan dapat diproduksi dengan baik.

Demikian juga sifat public relation yang merupakan seni mendapatkan dan memanfaatkan kepercayaaan konsumen dengan cara yang kreatif, persuasif, dan komunikatif. Pada akhirnya, jasa teknologi komunikasi yang semakin pesat dan canggih dapat menjadi peluang baru dan inovatif yang dapat menjembatani antara periklanan dan public relation. Intinya adalah bagaimana “membangun merek” dengan kemudahan dan kecanggihan teknologi.


Penulis             : Puguh Pujo Pangestu
Editor              : Ahmad Siddik

Read more ...
Designed by Ahmad Siddik